Senin, 11 Mei 2009

Explain why a permission marketing approach is required for a B2C site.

I'm often asked how much information a visitor or prospect needs to give on a landing page before he can download your white paper. Name, title, company name, address, phone, and email are standard. Questions that are obviously "qualifying" (annual revenue, purchasing authority, etc.) asked up front may result in a drop off in conversion (the number of people who complete your form).

In B2B email marketing, an unstated quid pro quo defines the level of permission. You, the target audience, offer valid information about your company. And I, the B2B email marketer, will provide access to a useful and informative guide or white paper. In B2C, it's not just an exchange of information. If the email recipient enters name, phone, and mailing address in response to a B2C promotion, it's usually so you can ship her the item she purchased.

In both scenarios, permission is critical. In B2B, specify you'll keep the information private. You're more likely to get registrants. In B2C, be up front about what you're going to do with the information your new customer provided. Use opt-in, not opt-out, when asking if you can send future emails about "related" products or services.


Since an e-mail strategy is proactive, get your customers’ permission; otherwise it is spam

Rules of permission marketing:
a.Permission must be granted – it can’t be assumed
b.Permission is selfish
c.Permission can be revoked as easily as it’s granted
d.Permission can’t be transfered

Selasa, 05 Mei 2009

e- marketing

Pada akhir 2007 ada ekitar 25 juta orang sudah menggunakan internet. Tutup tahun ini diperkirakan jumlahnya naik jadi 32 juta jiwa. Dari segi jumlah, amat banyak – bahkan sudah jauh melampaui pelanggan Koran seluruh Indonesia. Dari segi jumlah, hanya kalah oleh teve.

Menurut riset Admax, 36% berpenghasilan di atas 3 juta, dan 11% diantaranya berpenghasilan di atas 10 juta. Dari sisi konsumsi media, internet sudah mengalahkan baca Koran, majalah radio dan teve. Kebanyakan pengguna internet Indonesia berinternetan setiap hari dan dalam sehari menghabiskan 2 jam di depan computer. Di lihat dari tiga sisi itu saja sudah terbayangkan betapa powerfulnya jika kita menggunakan Internet sebagai medium pemasaran.

Sayangnya belum banyak perusahaan yang secara cerdas menerapkan emarketing. Kebanyakan hanya asal membuat website (yang tidak disukai oleh user) atau melakan taktik-taktik e marketing (seperti memasang banner di media online, email marketing, search engine marketing) tanpa paham ilmu dasar emarketing dan tanpa dilandasi strategi emarketing yang bagus. Akibatnya, taktik-taktik tersebut tidak menghasilkan efek seperti yang diharapkan, return on investmentnya rendah.

Sebenarnya, eMarketing justru akan berkembang lebih pesat di masa inflasi karena strategi ini jauh lebih efektif dan efisien dibanding marketing cara tradisional. Bisa dikatakan emarketing sebagai strategi Low Budget High Impact Marketing yang lebih cerdas mengingat aspek marketing seperti PR, advertising, direct marketing, dan lain-lain tercover lewat website di Internet. jika targetnya kelas A B+, emarketing sudah merupakan keharusan.

Tercatat hanya segelintir perusahaan yang sukses menerapkan emarketing. Toyota Astra Motor (TAM) misalnya. TAM adalah perusahaan pertama di Indonesia yang melihat blog sebagai fenomena yang dapat dimanfaatkan untuk marketing. TAM memanfaatkan fenomena blog dengan hati-hati. Tahap pertama adalah ketika meluncurkan All New Corolla Altis , TAM mengundang blogger. Bukan sembarang blogger, tetapi blogger yang sesuai dengan target audience Altis, blogger yang memiliki daya beli untuk membeli altis. Maka dipilihkan blogger2 yang usianya 35 tahun ke atas dengan daya beli tinggi sebagai potensial buyer dan blogger lain sebagai influencer. Upaya ini berlangsung sukses karena ada blogger yang akhirnya membeli Altis. Bonusnya: terbentuk viral marketing melalui para blogger.

Kedua, ketika TAM mencoba mengintegrasikan program liburan bersama kijang ke Disneyland Hongkong bagi para pembeli mobil kijang baru dengan program offline. Mereka akhirnya menjalankan program penulisan blog dengan tema “Liburan keluarga bersama Kijang”. Tujuan utama dari lomba blog ini adalah untuk meningkatkan awareness kijang sebagai mobil keluarga.

Contoh lain adalah HP Indonesia, ketika meluncurkan printer multifungsi MFP. Untuk pertama kalinya, HP Indonesia mengoptimalkan emarketing untuk peluncuran produknya. HP meluncurkan online marketing gimmick SOS Contest yang dioptimalkan dengan ujicoba printer multifungsinya oleh para blogger. Hasil ujicoba para blogger ini banyak dimuat di blog masing-masing dan menimbulkan efek viral. Perpaduan SOS Contest, iklan online dan ujicoba blogger ini memuaskan HP karena mereka mendapatkan ribuan data UKM dan ribuan postingan positif mengenai laserjet MFP, yang ujung-ujungnya meningkatkan sales printer multifungsi MFP.